Sejarah Kuno: 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Dunia Kuno


 
SEJARAH KUNO | Pinoqq - Sebagian besar orang tidak menyadari kalau informasi sejarah yang mereka cerna selama ini adalah salah.

Lagipula, pengetahuan sejarah yang kita dapatkan seringkali hanyalah campuran dari sumber yang salah, biasanya berasal dari film-film berbumbu "historis" yang kita tonton.

Miskonsepsi sejarah sendiri dapat terjadi karena berbagai alasan.

Pertama, sumber sejarah sering terdistorsi. Semakin tua sebuah peradaban, maka semakin sulit juga untuk melakukan kritik dan interpretasi terhadap sumber sejarahnya.

Lebih buruk lagi, sebagian besar sumber tertulisnya berasal dari para sejarawan yang sangat bias pada masanya.

Beberapa kebohongan dan miskonsepsi semacam ini sering menyelimuti berbagai peradaban kuno, termasuk Mesir kuno, Yunani kuno, dan Romawi kuno.

Untuk meluruskannya, artikel ini akan membahas 7 kebohongan terbesar tentang dunia kuno. Berikut daftarnya.

1. Sparta diisi oleh prajurit super yang selalu memenangkan pertempuran 


Dalam budaya Barat, pasukan Sparta dianggap sebagai salah satu pasukan elite pertama di dunia. Gagasan ini melibatkan sistem pendidikan militer mereka yang disebut "agoge."

Dalam film 300, Sparta ditampilkan sebagai sebuah polis yang memiliki akademi militer dengan pelatihan yang sangat keras.

Pada kenyataannya, agoge cenderung mirip seperti sistem indoktrinasi yang dirancang untuk membentuk anak-anak Sparta menjadi tentara.

Banyak di antaranya yang tidak dapat bertahan dengan metode pelatihan yang keras tersebut.

Bagian dari pelatihan ini melibatkan penguntitan dan pembantaian budak Sparta, helot, yang tak bersenjata.

Berbagai macam pelecehan dan kekerasan juga dilakukan pada anak-anak Sparta yang sedang mengenyam agoge, yang akan berlanjut pada generasi berikutnya.

Jadi, apakah pelatihan yang tidak manusiawi itu telah menghasilkan pasukan terbaik di Mediterania?

Seperti dilansir dari laman Livius.org, pasukan Sparta mungkin memiliki sedikit keunggulan dalam taktik dan peralatan dibandingkan polis-polis saingannya, meskipun itu masih tidak cukup untuk memberikan gelar "pasukan elite" terbaik sepanjang masa kepada mereka. 

Dari Perang Yunani-Persia sampai era Alexander Agung, rekor menang-kalah Sparta adalah sekitar 50:50. Tentunya, hal ini berbalik jauh dari reputasi mereka yang tak terkalahkan.

Terlepas dari keberanian mereka, pasukan Sparta terkadang juga menyerah, seperti yang mereka lakukan di Pertempuran Sphacteria selama Perang Peloponnesia.

2. Perang Yunani-Persia adalah peristiwa yang paling menentukan di zaman kuno 


Bagi orang Yunani kuno, terutama Athena, Perang Yunani-Persia adalah peristiwa yang menentukan di zaman mereka.

Ketika Darius Agung dari Persia tiba di Laut Aegea pada tahun 492 SM dengan pasukan besar dan berencana untuk menyerang tanah Yunani, hanya Athena dan beberapa polis di sekitarnya yang menentang mereka.

Jadi, ketika pasukan Athena mengalahkan Persia dengan di Pertempuran Marathon pada tahun 490 SM, hal itu membangun citra diri orang Athena selama beberapa generasi setelahnya.

Kemenangan di Marathon berarti bahwa orang Yunani kuat dan berani sedangkan Persia lemah dan pengecut.

Pengaruh dari tulisan Herodotus, Historia, hanya memperkuat narasi itu selama ribuan tahun kemudian.

Namun bagi Persia, insiden itu hanyalah kekalahan kecil bagi kekaisaran mereka. Catatan sejarah Persia nyaris tidak menyebutkan kekalahan di Marathon.

Sebaliknya, mereka hanya mencatat kemenangan Xerxes di Pertempuran Thermopylae dan "hukuman" yang dijatuhkan Persia pada orang Yunani setelahnya.

Kembali lagi, sejarah hanyalah perihal sudut pandang dan jiwa zaman dari sejarawan yang mencatatnya.

3. Gladiator akan bertarung sampai mati




Tidak diragukan lagi kalau film seperti Gladiator telah bertanggung jawab atas miskonsepsi tentang sistem gladiator di Romawi kuno.

Dalam film itu, pertandingan gladiator digambarkan sebagai pertarungan sampai mati.

Nyatanya, hal itu jarang terjadi. Bagi para pemilik dan pelatih mereka, sangat penting untuk menjaga para gladiator agar tetap hidup. 

Kebanyakan gladiator adalah budak. Oleh karena itu, biaya untuk mendapatkan serta melatih mereka sangatlah tinggi.

Membuang nyawa para gladiator secara cuma-cuma hanya akan membuat banyak pemilik gladiator bangkrut.

Lagipula, sebagian besar penduduk Romawi senang dengan pertarungan berdarah yang menghasilkan pemenang, tidak peduli kalau mereka yang kalah mendapatkan sedikit luka atau luka yang fatal. 

Bukti arkeologis bahkan menunjukkan kalau beberapa gladiator sengaja digemukkan agar mereka tidak mendapatkan luka yang terlalu dalam.

Tentunya, kehidupan mereka masih sangat brutal dan banyak gladiator yang harus mati dalam sebuah pertandingan, meski kebanyakan dari kematian itu tidaklah disengaja.

4. Senat Romawi kuno sama persis dengan senat Amerika Serikat 




Mereka mungkin memiliki nama yang sama, tetapi senat Romawi kuno dan senat Amerika Serikat adalah dua hal yang sangat berbeda.

Menurut legenda, senat Romawi dibentuk tepat setelah Romulus mengusir raja Etruria terakhir dari Kota Roma.

Sistem senat sendiri terus bertahan melalui Republik Romawi sampai akhir Kekaisaran Romawi.

Perannya dalam pemerintahan Romawi terus berubah secara signifikan dalam periode yang berbeda.

Namun, Republik Romawi (509-27 SM) adalah masa ketika senat Romawi sangat berpengaruh dalam pemerintahan.

Perbedaan terbesar antara senat Romawi dan senat Amerika adalah bahwa senat Romawi dibentuk dari kelas bangsawan dan tidak dipilih oleh rakyat jelata.

Sedangkan para senat Amerika dipilih oleh warga negara—atau, pada awalnya, oleh badan legislatif negara bagian yang dipilih.

Rakyat jelata Romawi, yang disebut plebeian, memiliki dewan legislatif sendiri, yaitu Dewan Plebeian.

Namun, mereka tidak memiliki otoritas atas urusan para senat yang berisi para bangsawan Romawi itu.

Tidak seperti senat Amerika, senat Romawi tidak mengesahkan undang-undang. Sebaliknya, senat Romawi menyusun senatus consultum atau "nasihat senat."

Pada awal masa Kekaisaran Romawi, ketika kekuatan politik senat menurun dan kekuataan kaisar meningkat, senatus consultum menjadi sebuah resolusi yang mendukung usulan seorang kaisar.

5. Bangsa Kelt adalah leluhur "asli" dari bangsa Inggris 




Saat ini, banyak orang dari Inggris Raya yang mengidentifikasi budaya mereka dengan budaya Celtic atau Kelt.

Kelt sendiri adalah bangsa yang berkembang pada zaman perunggu dan zaman besi awal, yang menempati sebagian besar Eropa Barat dan Inggris modern.

Jadi, siapakah bangsa Kelt sebenarnya?

Menurut History, Keltadalah kumpulan suku yang berasal dari Eropa Tengah yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, termasuk Inggris, Irlandia, Prancis, dan Spanyol.

Oleh karena itu, suku Gael, Gaul, Briton, Irlandia dan Galatia masih termasuk ke dalam rumpun bangsa Kelt. Uniknya, Kelt sendiri tidak menyebut diri mereka sebagai bangsa "Kelt."

Kata Kelt atau "Celt" justru pertama kali digunakan oleh orang Yunani dan Romawi kuno.

Bangsa Romawi menyebut bangsa Kelt sebagai "Galli" karena memiliki bahasa yang berbeda dengan mereka dan sering mereka anggap sebagai bangsa yang barbar.

Jadi, Kelt bukanlah kelompok eksklusif yang berasal dari tanah Inggris. Ide modern tentang identitas Kelt sendiri baru muncul di Inggris pada abad ke-17.

6. Mumifikasi hanya diperuntukkan untuk firaun semata 




Penemuan arkeologi terkenal yang dilakukan oleh Howard Carter pada tahun 1922 mungkin telah berkontribusi pada miskonsepsi kalau mumifikasi adalah proses yang hanya diperuntukkan bagi para firaun Mesir.

Pada kenyataannya, siapa pun yang memiliki uang di Mesir kuno bisa menjadi mumi. 

Kata "mumifikasi" hanya mengacu pada proses mengeringkan mayat agar tetap terjaga dari pembusukan.

Ada banyak teknik mumifikasi yang berbeda dan itu juga bisa terjadi secara alami. Mumifikasi Mesir kuno sangat bervariasi tergantung pada eranya, di mana mumi yang paling terawat berasal dari di era Kerajaan Baru Mesir (1570-1075 SM).

Proses yang cukup panjang dan rumit membuat mumifikasi tidak terjangkau oleh orang-orang miskin.

Namun, mumifikasi adalah hal biasa bagi kalangan bangsawan, pendeta, pejabat pemerintah, dan orang-orang kaya pada umumnya di Mesir kuno.

7. Hanya ada satu versi dari "Tujuh Keajaiban" dunia kuno


Saat ini, versi paling terkenal dari "Tujuh Keajaiban Dunia" mencakup piramida di Giza, Taman Gantung Babilonia, Kolosus di Rhodes, Kuil Artemis di Ephesus, Mausoleum di Halicarnassus, Mercusuar Alexandria, dan patung emas Zeus di Olympia.

Namun, orang-orang kuno mungkin tidak akan setuju dengan daftar ini.

Orang pertama yang "mendaftarkan" tujuh karya arsitektur terbesar pada masanya adalah Antipater dari Sidon.

Ia menulis puisi yang mencantumkan tujuh keajaiban pada abad ke-1 atau 2 SM. Versi Antipater menukar Mercusuar Alexandria dengan tembok kota Babilonia.

Penulis lain pada periode Romawi akhir dan awal Abad Pertengahan juga memiliki daftar berbeda yang mencakup keajaiban lain seperti Bahtera Nuh, Kuil Sulaiman, atau Kuil Hadrian di Cyzicus.

Mercusuar Alexandria baru muncul dalam daftar pada abad ke-5 dan 6 M, ratusan tahun setelah berbagai orang berbeda mulai membuat daftar keajaiban dunia. 

Alasan mengapa daftar ini selalu berubah adalah karena banyak bangunan di dalam daftar asli Antipater yang telah runtuh.

Hal ini memaksa para sejarawan selanjutnya untuk mengisi kembali daftar tersebut dengan beberapa bangunan yang lebih baru.

Saat ini, hanya ada satu keajaiban kuno yang masih bertahan, yaitu Piramida Giza.

Sebenarnya, masih ada banyak miskonsepsi dan kebohongan tentang dunia kuno yang tidak dibahas dalam daftar ini.

Apakah kalian mengetahui salah satunya? Jika iya, kalian bisa menambahkannya di kolom komentar ya!

Baca Juga: Mengapa Banyak Hidung Patung-patung Mesir Kuno yang Hilang? Ini Penjelasannya !!

(KLIK) Markas Link PK

Sejarah Kuno: 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Dunia Kuno Sejarah Kuno: 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Dunia Kuno Reviewed by mitos kuno on Mei 11, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Maaf Bos, Jangan Sembarangan Meletakan KOMENTARnya ya
Terimakasi Atas Kunjunagnnya :)

Diberdayakan oleh Blogger.